Didirikannya ISTANA DISABILITAS INDONESIA ini, Sabtu, 01 Oktober 2022 Bertepatan Dengan Hari Kesaktian Pancasila, bertujuan memberi wadah kpd saudara2 kita yg menyandang Divabel, Autis, Dll. Dgn pelayanan Pendidikan & Terapi Access Bars bagi ibu + anaknya.Sehingga mereka juga ikut menikmati kehidupan normal seperti yg lain

Jumat, 28 Oktober 2022

Autis- ADHD pada Anak: Apa Saja yang Harus Diketahui



Apa Itu ADHD pada Anak?

Attention Deficit-Hyperactivity Disorder (ADHD) adalah kondisi kejiwaan yang telah lama diketahui mempengaruhi kemampuan anak untuk berfungsi. Individu yang menderita gangguan ini menunjukkan pola tingkat kurang perhatian, hiperaktif, atau impulsif yang tidak sesuai dengan perkembangan. 

Apa Saja Ciri-ciri Anak yang Mengidap ADHD? 

Gejala ADHD umumnya muncul sebelum usia 12 tahun, dan berlangsung selama minimal enam bulan, serta mengganggu aktivitas kehidupan sehari-hari. Secara keseluruhan gejala Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) dapat dikategorikan menjadi 2 jenis masalah perilaku: 

1. Kurangnya perhatian (kesulitan berkonsentrasi dan fokus) 

Anak dengan ADHD biasanya kesulitan fokus untuk mengerjakan suatu hal dalam waktu yang lama, mudah bosan, dan sering berganti aktivitas dalam waktu yang singkat. 

2. Hiperaktif dan impulsif 

Anak yang hiperaktif biasanya aktif tanpa mempedulikan waktu dan situasi. Misalnya anak terus-terusan berlari dan berteriak dalam ruangan. Sedangkan impulsif berarti bertindak secara tiba-tiba sesuai keinginan hati tanpa dipikirkan terlebih dahulu. 

Kedua kategori tersebut dapat memunculkan ciri-ciri seperti Disorganisasi, Kesulitan menyelesaikan tugas, Pelupa, mudah tersinggung, sering berkelahi, tidak memperhatikan lingkungan sekitar, dan sebagainya. Banyak orang dengan ADHD memiliki masalah yang termasuk dalam kedua kategori tersebut, tetapi ini tidak selalu memiliki keduanya sekaligus. Misalnya, sekitar 2 hingga 3 dari 10 orang dengan kondisi tersebut memiliki masalah dengan konsentrasi dan fokus, tetapi tidak dengan hiperaktif atau impulsif. 

Kapan Anak Dapat Didiagnosa dengan ADHD?

ADHD adalah gangguan yang didiagnosis secara klinis dan tidak memiliki tes laboratorium atau radiologis tertentu. Tes neuropsikologi tidak begitu sensitif untuk mendiagnosis gangguan tersebut, dan karenanya gangguan tersebut harus didiagnosis berdasarkan riwayat anak. Evaluasi anak dengan ADHD biasanya dilakukan dengan skala penilaian yang berbeda dan beberapa informan termasuk guru dan orang tua. Penting bagi orang tua untuk mencari kelainan lain karena hal tersebut sering terjadi bersamaan dengan ADHD atau mungkin menjadi penyebab gejala yang ditunjukkan.

Bagaimana Cara Mengobati ADHD pada Anak?

Perawatan untuk ADHD memiliki target untuk membantu meringankan gejala dan mengurangi gangguan aktivitas pada kehidupan sehari-hari. ADHD dapat diobati dengan menggunakan obat-obatan atau terapi, tetapi kombinasi keduanya seringkali merupakan yang terbaik. Perawatan biasanya diatur oleh spesialis, seperti dokter anak atau psikiater, meskipun kondisinya dapat dipantau oleh dokter umum.

1. Obat-obatan 

Ada 5 jenis obat yang dilisensikan untuk pengobatan ADHD: 

  • Metilfenidat 
  • Lisdeksamfetamin 
  • Deksamfetamin 
  • Atomoksetin 
  • Guanfasin 

Obat-obatan ini bukan obat permanen untuk ADHD tetapi dapat membantu seseorang dengan kondisi tersebut berkonsentrasi lebih baik, tidak terlalu impulsif, merasa lebih tenang, dan belajar serta melatih keterampilan baru. Beberapa obat perlu diminum setiap hari, tetapi beberapa dapat diminum hanya pada hari-hari sekolah. Istirahat pengobatan kadang-kadang dianjurkan untuk menilai apakah obat masih diperlukan. 

Jika anak Anda diberi resep salah satu dari obat-obatan ini, anak Anda mungkin akan diberikan dosis kecil pada awalnya, yang kemudian dapat ditingkatkan secara bertahap. Anak Anda perlu menemui dokter umum untuk pemeriksaan rutin guna memastikan pengobatan bekerja secara efektif dan memeriksa tanda-tanda efek samping atau masalah. 

2. Terapi 

Selain minum obat, terapi yang berbeda dapat berguna dalam mengobati ADHD. Terapi juga efektif dalam mengobati masalah tambahan, seperti perilaku atau gangguan kecemasan, yang mungkin muncul bersamaan dengan ADHD. Berikut adalah beberapa terapi yang dapat digunakan.

3. Psikoedukasi

Pada terapi ini anak Anda akan didorong untuk mendiskusikan ADHD dan dampaknya. Ini dapat membantu anak Anda dan keluarga Anda memahami diagnosis ADHD, serta dapat membantu mengatasi dan hidup dengan kondisi tersebut.

4. Terapi perilaku 

Terapi perilaku memberikan dukungan untuk pengasuh anak-anak dengan ADHD dan mungkin melibatkan guru serta orang tua. Terapi perilaku biasanya melibatkan manajemen perilaku, yang menggunakan sistem penghargaan untuk mendorong anak Anda mencoba mengendalikan ADHD mereka. Jika anak Anda menderita ADHD, Anda dapat mengidentifikasi jenis perilaku yang ingin Anda dorong, seperti duduk di meja makan. Anak Anda kemudian diberi semacam hadiah kecil untuk perilaku yang baik. Untuk guru, manajemen perilaku melibatkan pembelajaran bagaimana merencanakan dan menyusun kegiatan, dan untuk memuji dan mendorong anak-anak untuk kemajuan yang sangat kecil sekalipun. 

5. Program pelatihan dan pendidikan orang tua 

Jika anak Anda menderita ADHD, program pelatihan dan pendidikan orang tua yang dirancang khusus dapat membantu Anda mempelajari cara-cara tertentu untuk berbicara dengan anak Anda, dan bermain serta bekerja dengan mereka untuk meningkatkan perhatian dan perilaku mereka.

6. Pelatihan keterampilan sosial

Pelatihan keterampilan sosial melibatkan anak Anda mengambil bagian dalam situasi bermain peran dan bertujuan untuk mengajari mereka bagaimana berperilaku dalam situasi sosial dengan mempelajari bagaimana perilaku mereka mempengaruhi orang lain.

7. Terapi perilaku kognitif (CBT)

CBT adalah terapi berbicara yang dapat membantu Anda mengelola masalah Anda dengan mengubah cara Anda berpikir dan berperilaku. Seorang terapis akan mencoba mengubah perasaan Anda atau anak Anda tentang suatu situasi, yang pada gilirannya berpotensi mengubah perilaku mereka. CBT dapat dilakukan dengan terapis secara individu atau kelompok.

Pengawasan dan perawatan anak dengan ADHD memang tidak mudah. Penting bagi orang tua untuk selalu terbuka selama masa perawatan serta memberi tahu dokter umum tentang efek samping apa pun dan berbicara dengan mereka jika Anda merasa perlu menghentikan atau mengubah pengobatan. Spesialis Anda akan mendiskusikan berapa lama Anda harus menjalani perawatan, tetapi dalam banyak kasus, perawatan dilanjutkan selama itu membantu.


sumber ; berbagai sumber

Share:

Artikel -Perkembangan Bahasa dan Bicara

 Perkembangan Bahasa dan Bicara

Dalam melaksanaakan identifikasi gangguan komunikasi, terlebih dahulu kita harus mengetahui tahap perkembangan bahasa dan bicara. Adapun dalam tahap perkembangan bahasa terdapat pembentukan unsure bahasa, pembendaharaan bahasa dan penggunaan bahasa. Kemudian dalam perkembangan bicara terdapat 5 tahap yaitu vokalisasi refleksif (reflect  vocalization), Babling, Lalling, Ekolalia, Bicara benar. Untuk lebih jelasnya mari kita bahas satu persatu di bawah ini:
 
Perkembangan bahasa
Perkembangan bahasa yaitu kemampuan untuk memperoleh symbol-simbol baik verbal maupun non verbal dari konsep yang dipergunakan oleh lingkungannya. Dalam perkembangan bahasa dapat dibedakan menjadi tiga yaitu pembentukan unsure bahasa, pembendaharaan bahasa dan penggunaan bahasa
  1. Pembentukan unsur-unsur bahasa
    Pada tahap ini anak mulai mempelajari bunyi bahasa dalam suatu pengertian tertentu. Tahap ini berlangsung pada usia 1-1,6 tahun.
  2. Perkembangan Pengertian dan Pembendaharaan Bahasa
    Pada tahap ini anak mulai memperhatikan kejadian yang berada di sekitarnya. Dari hasil pengamatan yang dilakukan, anak akan membentuk suatu konsep yang nantinya menjadi sebuah pembendaharaan bahasa. Semakin banyak hal yang diamati, maka akan semakin banyak pula pembendaharaan bahasa yang ditangkap oleh anak.
  3. Penggunaan Bahasa
    Memasuki usia 3 tahun, anak mulai menguasai bahasanya. Pembendaharaan bahasa yang sudah dimiliki anak akan mulai dipergunakan dalam berkomunikasi.
     
     
     
Perkembangan Bicara Perkembangan bicara adalah perkembangan kemampuan verbal behavior sebagai salah satu cirri kehidupan. Adapun perkembangan bicara dibagi menjadi 5 tahap yaitu:
 
  1. Vokalisasi Refleksif (usia 1-2 minggu)
    Pada usia ini, bayi mulai mampu mengeluarkan bunyi yang bersifat refleks seperti menangis. Pada minggu ketiga, tangis dan bunyi yang dikeluarkan akan mulai memberikan perbedaan seperti menangis karena lapar, menangis karena sakit dan lain-lain.
  2. Babbling (usia 2-3 bulan)
    Pada tahap ini mulai muncul bunyi dengkuran, bunyi seperti berkumur dan bunyi yang lain. Bunyi tersebut belum membentuk vokal dan konsonan yang jelas.
  3. Lalling (usia 5-7 bulan)
    Anak mulai mampu mengamati bunyi, baik bunyi yang ia hasilkan sendiri maupun yang ia dengar dari lingkungan sekitar. Pengulangan bunyi bicara sudah mulaai membentuk vokal dan konsonan yang lebih teratur.
  4. Ekolalia (usia 9-10 bulan)
    Pada tahap ini anak mulai menirukan bunyi yang didengar dari lingkungannya. Sudah mulai banyak bunyi yang diproduksi meskipun masih terdapat kesalahan artikulasi yang diucapkan.
  5. Bicara benar (usia 1-1,6 tahun)
    pada tahap ini sudah mulai mampu mempergunakan pola bicara yang terdapat di lingkungan. Mungkin masih berupa suku kata, namun ucapan tersebut sudah mewakili sebuah pengertian.

     

Demikianlah tahap perkembangan bahasa dan bicara yang dilalui oleh anak. Semoga artikel ini bermanfaat bagi pembaca
Share:

Artikel - MAKANAN UNTUK ANAK AUTISM YANG TEPAT

 MAKANAN UNTUK ANAK AUTISM YANG TEPAT

Makanan anak autis — Autisme adalah kelainan genetik yang menyebabkan gangguan pada proses tumbuh kembang balita, gangguan ini meliputi gangguan komunikasi verbal maupun non verbal, gangguan sosialisasi dan gangguan emosional. Kondisi khusus ini berhasil dideteksi sejak anak berumur kurang dari 3 tahun.

Autisme umumnya bisa diatasi dengan terapi khusus untuk melatih perkembangannya yang terhambat. Sebagian anak autis akan memberi reaksi yang positif apabila penangananya ditunjang pengaturan pola makan yang menghindari aneka makanan mengandung kasein dan gluten.

Makanan anak autis yang dianjurkan adalah Sumber karbohidrat yang tidak mengandung gluten, misalnya kentang, beras, singkong, ubi jalar, dan arerut. Sedangkan makanan anak autis yang harus dihindari adalah makanan yang mengandung gluten atau kasein karena diperkirakan sebagai salah satu pemicu munculnya sikap agresif di otak. Contohnya, berbagai jenis makanan yang berasal dari serealia, terutama gandum. Banyak peneliti menyatakan makanan mengandung gluten dan kasein memicu sikap agresif, dan tidak baik untuk anak autis.

Makanan anak autis tidak boleh sembarangan, perlu dilakuakn diet khusus untuk meemnuhi kebutuhannya. Diet makanan anak autis khusus ini sebenarnya cukup membantu karena sekitar 90% anak autis alergi susu sapi, terigu dan ada juga yang alergi protein. Sehingga diet CFGF ini dapat membantu anak-anak autis yang untuk lebih sehat , cukup gizi dan bebas dari masalah pencernaan,

Jenis diet ini mungkin tidak terdengar asing bagi ibu-ibu yang memiliki anak dengan gangguan sprektrum autisme. Dalam diet makanan anak autis ini , sang ibu wajib menjauhi Casein atau susu sapi dan Gluten atau sejenis protein yang biasanya terdapat dalam tepung-tepungan dianggap cukup berpengaruh pada pola perilaku anak autis

untuk melakukan diet ini juga tidak mudah karena tergantung dari ketelatenan orangtua dan dari usia berapa anak ini diperkenalkan untuk bisa memilih makanan yang lebih sehat. 

Selain memperhatikan pola makanan anak autis sang orang tua pun harus berperan aktif dalam membimbing sang anak karena peran serta orang tua secara aktiflah yang menentukan berhasil atau tidaknya pengobatan putra putri anda yang mengalami autisme contohnya adalah diet makanan anak autis yang satu ini


Detil inf baca disini: http://duniaanak.org/makanan-anak/makanan-untuk-anak-autis-yang-tepat.html

Share:

Artikel - Down syndrome

 Down syndrome

merupakan kelainan genetik yang terjadi pada kromosom 21 pada berkas yang dapat dikenal dengan melihat manifestasi klinis yang cukup khas. Kelainan yang berdampak pada keterbelakangan pertumbuhan fisik dan mental ini pertama kali dikenal pada tahun 1866 oleh Dr.John Longdon Down. Karena ciri-ciri yang tampak aneh seperti tinggi badan yang relative pendek, kepala mengecil, hidung yang datar menyerupai orang Mongoloid maka sering juga dikenal dengan mongolisme. Pada tahun 1970an para ahli dari Amerika dan Eropa merevisi nama dari kelainan yang terjadi pada anak tersebut dengan merujuk penemu pertama kali sindrom ini dengan istilah sindrom Down dan hingga kini penyakit ini dikenal dengan istilah yang sama.

Gejala yang muncul akibat sindrom down dapat bervariasi mulai dari yang tidak tampak sama sekali, tampak minimal sampai muncul tanda yang khas.

Penderita dengan tanda khas sangat mudah dikenali dengan adanya penampilan fisik yang menonjol berupa bentuk kepala yang relatif kecil dari normal (microchephaly) dengan bagian anteroposterior kepala mendatar. Pada bagian wajah biasanya tampak sela hidung yang datar, mulut yang mengecil dan lidah yang menonjol keluar (macroglossia). Seringkali mata menjadi sipit dengan sudut bagian tengah membentuk lipatan (epicanthal folds). Tanda klinis pada bagian tubuh lainnya berupa tangan yang pendek termasuk ruas jari-jarinya serta jarak antara jari pertama dan kedua baik pada tangan maupun kaki melebar.

Sementara itu lapisan kulit biasanya tampak keriput (dermatoglyphics). Kelainan kromosom ini juga bisa menyebabkan gangguan atau bahkan kerusakan pada sistem organ yang lain.

Pada bayi baru lahir kelainan dapat berupa congenital heart disease. kelainan ini yang biasanya berakibat fatal karena bayi dapat meninggal dengan cepat. Pada sistem pencernaan dapat ditemui kelainan berupa sumbatan pada esofagus (esophageal atresia) atau duodenum (duodenal atresia).

Apabila anak sudah mengalami sumbatan pada organ-organ tersebut biasanya akan diikuti muntah-muntah. Pencegahan dapat dilakukan dengan melakukan pemeriksaan kromosom melalui amniocentesis bagi para ibu hamil terutama pada bulan-bulan awal kehamilan. Terlebih lagi ibu hamil yang pernah mempunyai anak dengan sindrom down atau mereka yang hamil di atas usia 40 tahun harus dengan hati-hati memantau perkembangan janinnya karena mereka memiliki risiko melahirkan anak dengan sindrom down lebih tinggi.

Pada otak penderita sindrom Down, ditemukan peningkatan rasio APP (: amyloid precursor protein) seperti pada penderita alzheimer

Definisi : Sindrom down adalah suatu kondisi keterbelakangan perkembangan fisik dan mental anak yang diakibatkan adanya abnormalitas perkembangan kromosom. Kromosom ini terbentuk akibat kegagalan sepasang kromosom untuk saling memisahkan diri saat terjadi pembelahan.

 

Pencegahan dapat dilakukan dengan melakukan pemeriksaan kromosom melalui amniocentesis bagi para ibu hamil terutama pada bulan-bulan awal kehamilan. Terlebih lagi ibu hamil yang pernah mempunyai anak dengan sindrom down atau mereka yang hamil di atas usia 40 tahun harus dengan hati-hati memantau perkembangan janinnya karena mereka memiliki risiko melahirkan anak dengan sindrom down lebih tinggi. Sindrom down tidak bisa dicegah, karena DS merupakan kelainan yang disebabkan oleh kelainan jumlah kromosom. Jumlah kromosom 21 yang seharusnya hanya 2 menjadi 3. Penyebabnya masih tidak diketahui pasti, yang dapat disimpulkan sampai saat ini adalah makin tua usia ibu makin tinggi risiko untuk terjadinya DS.Diagnosis dalam kandungan bisa dilakukan, diagnosis pasti dengan analisis kromosom dengan cara pengambilan CVS (mengambil sedikit bagian janin pada plasenta pada kehamilan 10-12 minggu) atau amniosentesis (pengambilan air ketuban) pada kehamilan 14-16 minggu.

Program FISIOTERAPI pada penanganan anak Down Syndrome

Fisioterapi pada Down Syndrom ( DS) adalah membantu anak belajar untuk menggerakkan tubuhnya dengan cara/gerakan yang tepat (appropriate ways). 

Misalnya : Hypotonia pada anak dengan Down Syndrome dapat menyebabkan pasien berjalan dengan cara yang salah yang dapat mengganggu posturnya, hal ini disebut sebagai kompensasi. 

Tujuan fisioterapi adalah untuk mengajarkan pada anak gerakan fisik yang tepat. Untuk itu diperlukan seorang fisioterapis yang ahli dan berpengetahuan dalam masalah yang sering terjadi pada anak Down syndrome.

Misalnya:  Low muscle tone, loose joint dan perbedaan yang terjadi pada otot-tulangnya.

Program Fisioterapi dalam kasus down syndrome adalah:

Peningkatan kapasitas - kemampuan fungsional fisik anak down syndrome agar mamapu melakukan aktivitas sehari-hari, bermain dan berinteraksi dengan masyarakat sesuai atau mendekati anak normal.

Program Fisioterapi adalah:

S (Subjektive)          = Mengetahui problem secara subjektive melalui pemeriksaan.

O (Objektive)            = Mengetahui problem secara objektive melalui pemeriksaan.

A (Asesment)           = Penilaian kapasitas fisik pasien.

P ( Planing)              = Rencana fisioterapi.

Pemeriksaan Subjektive pada anak DS :

  • Observasi : cara anak berinteraksi dengan sekeliling / lingkungan.
  • Reflek Primitif : grasp palmar dan feet, reaksi yang berlawanan dengan positif supporting reactions.
  • Tonus postural : rendah.
  • Tonus otot : biasanya rendah.
  • Motorik kasar: biasanya tertinggal dari tumbuh kembang yang normal.
  • Motorik halus : ada.
  • Pola gerakan : stereotype dengan pola tertentu.
  • Gangguan sendi : joint luxity.
  • Status bermain : sampai dimana anak mampu bermain, biasanya tertinggal dari tumbuh kembang yang normal.
  • Kemampuan bahasa : apa yang diucapkan atau diisyaratkan.
  • Kemampuan makan – minum :
  • Cara makan dan minum.
  • Cara pemberian makan dan minum.
  • Cara mengunyah dan cara menelan.

 

Pemeriksaan Objektive pada anak DS :

  • Keterlambatan perkembangan motorik kasar dan ketidakmampuan mengontrol gerakan mid-range.
  • Protective reaction dan equilibrium reaction kurang berkembang dan reaksi yang berlawanan dengan positive supporting reaction tampak kuat.
  • Abnormal alighment pada waktu berdiri. Anak bertumpu pada posisi medial kali dan ditemukan joint laxity pada beberapi sendi.
  • Anak kurang memahami konsep latihan.
  • Ditemukan adanya keterlambatan psikososial dibanding anak normal.

Asesment Fisioterapi  pada anak DS :

  • Status psikososial.
  • Status bermain.
  • Status kemampuan bahasa.
  • Status motorik kasar.
  • Status motorik halus.
  • Reflek primitive.
  • Deformitas.
  • Lingkungan aktifitas otak.

 

Planing Fisioterapi :

  • Stimulasi propioseptif.
  • Stimulasi tactil.
  • Stimulasi weight bearing.
  • Stimulasi weight transferring.
  • Stimulasi sequences of movement.
  • Stimulasi keseimbangan.
  • Stimulasi posisi tinggi.
  • Stimulasi bermain.

Implementasi program :

  • Bermain pada posisi tertentu dengan menyangga berat badan. Dapat dikombinasi dengan stimulasi tapping (pressure tapping).
  • Bermain dengan benda-benda yang permukaanya berbeda.
  • Mengembangkan kemampuan menumpu berat badan pada segala posisi untuk memperbaiki postur.
  • Bermain sambil menari, menangkap dan melempar bola, duduk di guling dll.
  • Mengembangkan kemampuan anak untuk berpindah posisi yang lebih tinggi.
  • Bermain untuk meningkatkan kemampuan motorik halus, kognisi, kontak social.
  • Edukasi keluarga pasien untuk melatih pasien di rumah.

Evaluasi :

Dilakukan secara teratur dan periodik sesuai dengan perkembangan yang sudah dicapai oleh anak


sumber ; berbagai sumber.



Share:

Artikel -PENDEKATAN INTERVENSI TERAPI PERILAKU

PENDEKATAN INTERVENSI TERAPI PERILAKU

Autism adalah gangguan perkembangan saraf yang kompleks dan ditandai dengan kesulitan dalam interaksi sosial, komunikasi dan perilaku terbatas berulang-ulang dan karakter stereotip. Kesuliatan yang kompleks tersebut menyebabkan anak autis mengalami hambatan dalam aktivitas sehari-hari sehingga memerlukan layanan yang terpadu terkait kebutuhannya.

            Pendekatan yang dilakukan dalam penanganan anak autis, kita dalam hal ini terapis terlebih dahulu harus memahami karakteristik anak autis tersebut. Dengan memahami karakteristik anak autis diharapkan dapat lebih mudah dalam memberikan perlakuan atau treatment. Beberapa hal penting yang harus diperhatikan dalam pendekatan kepada anak autis adalah sebagai berikut:

1.    Mulai dari apa yang anak suka

Setiap anak autis memiliki kesukaan atau ketertarikan berlebih pada sesuatu. Sesuatu yang disukai ini bisa berupa benda ataupun perlakuan. Berikan apa yang anak suka, ikuti alur aktivitas sehingga anak tidak merasa terganggu dengan keberadaan kita dan sebaliknya anak akan merasa nyaman dan lebih dekat dengan kita.

2.    Jauhkan dari apa yang anak tidak suka atau ditakuti

Setiap anak autis juga mempunyai sesuatu yang tidak disukai bahkan akan merasa ketakutan dan terganggu. Sebisa mungkin kita jauhkan atau kita hilangkan apa yang anak autis takuti sehingga mengurangi gejala perilaku yang muncul.

3.    Mengajarkan ketrampilan aktivitas

Setelah mendapatkan perhatian dan merasa lebih dekat dengan anak autis, anak dapat diberikan ketrampilan terstruktur dan intensif yang berorientasi pada pelatihan sesi terapi yang bertujuan untuk mengembangkan ketrampilan sosialnya.

 berbagai sumber

Share:

Artikel -INKLUSIF : ORANGTUA, SEKOLAH DAN MASYARAKAT

 ORANGTUA, SEKOLAH DAN MASYARAKAT  

Penerimaan masyarakat terhadap keberadaan anak berkebutuhan khusus (ABK)  pada masa sekarang ini masih sangat kurang, meskipun sudah banyak upaya yang dilakukan seperti pendeklarasian daerah sadar anak, ataupun saat ini mulai tumbuh  sekolah-sekolah inklusif yang diharapkan mampu menerima anak berkebutuhan khusus. Namun nampak jelas banyak pihak yang belum mampu menerima anak-anak ini. Permasalahan yang sering ditemui dalam sekolah  inklusif adalah ketidakmampuan  para pendidik untuk melayani ABK secara intensif dengan karakteristik hambatan yang mereka miliki dan berbeda dari anak normal.

Pengertian diatas memberikan pandangan bahwa anak berkebutuhan khusus merupakan anak yang berbeda dan memiliki karakteristik yang unik seperti menurut heri purwanto, anak berkebutuhan khusus adalah anak-anak yang memiliki keunikan tersendiri dalam jenis dan karakteristiknya. Perbedaan karakteristik dengan anak normal dalam beberapa hal: (1) ciri mental, (2) kemampuan sensori dan motorik, (3) kemampuan komunikasi, (4) perilaku sosialnya ataupun (5) sifat-sifat fisiknya. Keragaman anak berkebutuhan khusus terkadang menyulitkan guru untuk menemu kenali layanan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan anak. Sehingga pendidik anak berkebutuhan khusus harus perlu mengedepankan proses assesmen yang matang sebelum memberikan layanan ataupun program pembelajaran.  Hakikat anak berkebutuhan khusus lainya seperti yang dijelaskan oleh Hallahan & kauffman (1989), bahwa anak berkebutuhan khusus adalah anak yang mengehendaki pendidikan khusus dan layanan yang berkaitan dengan kondisi anak. Pemberian penangangan harus disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan anak, penanganan ini nantinya untuk mengembangkan kemampuannya sampai pada batas maksimal.

Anak berkebutuhan Khusus sebagai seorang individu yang berkembang dengan kemampuan dan hambatan nya yang berada dalam masyarakat, harapanya setelah mereka meningkat pada berbagai aspek perkembangan mampu  ABK mampu diterima dan berbaur denganm masyarakat yang memandang mereka sebagai manusia yang perlu dukungan dan bantuan. Oleh karena itu ABK mampu belajar dikelas bersama teman seusianya dalam  sekolah inklusi. Seiring perkembangan zaman banyak lembaga-lembaga pendidikan yang sudah siap mendeklarasikan sekolahnya sebagai sekolah  inklusi yang siap menerima dan memberikan pelayanan bagi anak berkebutuhan khusus.

Pendidikan inklusi didefiniskan sebagai suatu sistem layanan pendidikan  khusus yang mensyaratkan agar semua anak berkebutuhan khusus dilayani di sekolah-sekolah terdekat dikelas biasa bersama teman-teman seusianya (Sapon-Shevin dalam O’Neil : 1994:1995). Sehingga diperlukan sistem disekolah sebagai komunitas yang mendukung pemenuhan kebutuhan khusus bagi setiap anak dan juga penerimaan ABK ke dalam kurikulum, lingkungan, interaksi sosial dan konsep diri.

Sekolah penyelenggara pendidikan inklusi inklusif, tentulah sekolah umum yang telah memenuhi persyaratan yang telah ditentukan, diantaranya terkait keberadaan anak berkebutuhan khusus, penyelenggara pendidikan, manajemen sekolah, sarana prasarana dan ketenagaan. Sekolah penyelenggara pendidikan inklusif juga harus menciptakan lingkungan yang ramah terhadap pembelajaran bagi anak, yang nantinya menciptakan pembelajaran dengan nyaman dan menyenangkan. Sekolah penyelenggara inklusif harus mampu mengakomodasi pembelajaran yang sesuai dengan hambatan dan karateristik setiap anak, yang tidak menutup kemungkinan juga terkait kesulitan belajar yang dihadapi anak.

Akomodasi pembelajaran bagi anak berkebutuhan yang mengalami kesulitan belajar akademik disekolah inklusif, menurut Sari Rudiyati (2011: 10)  yakni akomodasi pembelajaran merupakan penyesuaian dan modifikasi program pendidikan untuk memenuhi kebutuhan anak, yang mengacu pada 4 aspek , (1) materi dan cara pengajaran, (2) tugas dan penilaian kelas, (3) tuntutan waktu dan penjadwalan, (4) lingkungan belajar. Mengacu pada prinsip dan aspek yang terkait, sekolah inklusif perlu menegakkan strategi penentuan akomodasi pembelajaran.  Menurut Sari Rudiyati (2011: 11) sebagai berikut:

1.   Kesulitan menulis, dan membaca permulaan

Kemampuan membaca dan menulis sebagai kebutuhan dasar didalam kehidupan masyarakat maupun substansi akademik di sekolah. Kemampuan ini termasuk bagian yang sulit dipelajarai bagi peserta didik dengan hambatan  intelektual. Sehingga ada beberapa strategi yang dapat diterapkan guru dengan mengacu kondisi peserta didik dan kelas masing-masing. Strateginya yaitu : (1) guru perlu membacakan soal atau materi kepada siswa, (2) guru perlu menuliskan daftar tugas bagi  siswa, (3) guru perlu mengajak teman sebaya siswa untuk membantu siswa (peer tutor), (4) guru memperbolehkan anak keluar untuk menerima pembelajaran tambahan lain seperti kelas remedial. Guru kelas harus menjalin komunikasi dengan guru khusus yang ada disekolah tersebut guna membahas perkembangan anak dan layanan pendidikanya.

2.   Mengerjakan soal lama (melebihi waktu)

Hambatan yang dimiliki anak berkebutuhan khusus juga mempengaruhi proses belajar anak dikelas dan penyelesaian tugas, sehingga banyak diantaraya yang tidak mampu menyelesaikan tugas ataupun lama dalam mengerjakan soal. Strategi akomodasi pembelajaran yang dapat dilakukan guru yaitu : (1) guru perlu memberikan tambahan jam belajar dan pendampingan siswa secara individual, (2) guru perlu menurunkan jumlah dan tingkat kesulitan tugas yang dikerjakan siswa, (3) guru perlu memperbolehkan penggunaan alat bantu bagi siswa, (4) guru perlu memberikan waktu tambahan untuk mengerjakan tugas.

3.   Perhatian mudah teralih

Anak yang kesulitan dalam memfokuskan perhatian dan mudah teralih akan mengalami hambatan dalam memahami materi yang diajarkan  guru.  Kemampuan memusatkan perhatian adalah modal dasar anak dalam keberhasilan dalam pembelajaran. Strategi akomodasi pembelajaran bagi anak yang mengalami  hambatan pemusatan perhatian yaitu : (1) guru perlu memanggil anak saat menyampaikan materi, (2) guru perlu menampilkan peraga atau media yang menarik, (3)  guru menempatkan anak diruangan terpisah saat ujian atau ulangan, (4) guru perlu memastikan perhatian anak sebelum menjelaskan materi.

4.   Kesulitan memahami materi

Kapasitas intelektual anak  yang berada dibawah  normal sering menunjukkan kesulitan dalam pemahaman materi, rentang memori yang terbatas, dan kemampuan analisis yang lemah. Strategi  akomodasi pembelajaran yang dapat dilakukan guru yaitu: (1) guru perlu mengajak teman sebaya siswa untuk membantu siswa (peer tutor), (2) guru perlu memberikan pengulangan materi pada anak, (3) guru perlu membuat PR dan atau tugas yang sesuai dengan kemampuan anak,  (4) guru memperbolehkan anak menggunakan alat bantu seperti komputer, kalkulator, tape recorder, (5) guru perlu memberikan jeda atau istirahat bagi anak yang mengalami kesulitan belajar.

 

5.   Motivasi belajar rendah

Anak berkebutuhan khusus yang mengalami kesulitan dalam belajar, seringkali memiliki motivasi belajar yang rendah hal ini terkait dengan emosi anak. Ketidakpercayaan akan kemampuan dan rasa takut untuk mencoba karena khawatir nanti akan gagal, diolok-olok teman dan takut dikira bodoh menyebabkan kurangnya motivasi anak dalam belajar. Strategi akomodasi yang dapat dilakukan guru yaitu : (1) guru perlu menurunkan tingkat kesulitan materi maupun tugas/PR, (2) guru perlu menggunakan sumber belajar yang sesuai dengan kebutuhan anak dan bervariasi, (3). Guru perlu memberikan bantuan lebih sering saat proses pembelajaran.

6.   Tidak langsung mengerjakan tugas

Anak dengan motivasi belajar yang rendah sering kali tidak langsung mengerjakan tugas yang diberikan. Strategi akomodasi yang dapat diberikan guru yaitu: (1) guru perlu memberikan pengulangan instruksi kepada anak, (2) guru perlu memberikan pertanyaan langsung kepada anak, (3) guru perlu memberikan bantuan dalam mengerjakan tugas.

7.   Suka mengganggu teman

Anak kesulitan belajar dengan penyimpangan sosial salah satunya anak yang suka mengganggu teman yang lainya, perilaku tersebut merupakan manifestasi anak karena adanya kesulitan anak dalam belajar sehingga anak menyalurkan emosinya dengan perilaku yang tidak sesuai. Strategi akomodasi yang diberikan guru yaitu : (1) guru perlu menempatkan anak pada tempat duduk didepan, (2) guru perlu menempatkan anak kesulitan belajar pada kelompok tertentu (sesuai dengan kemampuan ),  (3) guru perlu memberikan tempat ujian yang terpisah.

8.   Pasif

Tingkat keaktifan anak berkebutuhan khusus dengan kesulitan belajar disesbabkan karena kesulitan anak dalam memahami materi dan kemampuan memusatkan perhatian yang rendah. Strategi akomodasi yang dapat diberikan guru yaitu : (1) guru perlu memperbolehkan anak menggunakan alat bantu yang menarik, (2) guru perlu memberikan bantuan dalam mengerjakan tugas, (3) guru perlu mengajak teman sebaya siswa untuk membantu siswa (peer tutor) .

9.   Sering tidak masuk sekolah/datang terlambat (malas)

jarak tempuh yang jauh dari sekolah, seringkali menyebabkan anak berkebutuhan khusus sering tidak masuk sekolah, dan juga rendahnya motivasi anak dalam belajar. Strategi akomodasi yang dapat dilakukan guru yaitu : (1) guru perlu berkomunikasi dengan orangtua  terkait agar orang tua memperhatikan belajar anak dirumah, (2) guru perlu berkomunikasi dengan orangtua agar selalu memberikan dorongan agar anak mau belajar.

      Strategi akomodasi pembelajaran ini harapanya akan membantu anak berkebutuhan khusus dengan kesulitan belajar di sekolah inklusi ataupun sekolah luar biasa, sehingga anak dapat mendapatkan hak-hak nya sesuai kebutuhan anak dan program  layanan yang tepat. Strategi akomodasi ini berbagai pihak harus saling berkoordinasi dan berkontribusi, pihak-pihak yang terkait yakni orangtua, sekolah, dan masyarakat.

 

Sumber :

Sari Rudyati, dkk. (2011). Panduan Penerapan Akomodasi Pembelajaran Bagi Anak Berkesulitan Belajar. UNY

Share:

Minggu, 23 Oktober 2022

PENYERAHAN KUNCI ISTANA AUTIS 24/10/2022

 ALHAMDULILLAH hari ini Senin 24/10/2022 telah terjadi peristiwa bersejarah yaitu penyerahan kunci rumah dari pemilik rumah Pak burhan+ istri kepada perwakilan team PENDIDIKAN AUTIS

Semoga niat baik kan suci ini Allah Ridhoi dan semoga kebaikan pak burhan sekeluarga diganti dengan pahala istana Surga.. 

Kegunaan rumah bersifat sementara dalam waktu yg telah ditentukan, doa kita semoga bisa segera punya gedung atau istana sendiri.. Aamiin












Share:

Selasa, 11 Oktober 2022

Silahturahmi PENGURUS dgn P. Burhan (penasehat)

 



Alhamdulillah hari ini selasa, 11 Oktober 2022 telah sukses mengadakan musyawarah lintas kota dihadiri oleh ketua ; bu fira (ponorogo), Wakil ketua; bu titik (tulungagung), bendahara bu yuni (nganjuk) , bendahara II ;bu tatik (madiun) Praktisi access Bars : bu Ningsih (Madiun), sekretaris; mbak dewi, Humas; peno 

Bertempat di kediaman Bpk burhanuddin (maospati) . Membahas tentang tindak lanjuti pelaksanaan ISTANA DISABILITAS INDONESIA di madiun. Sebelum berakhir kami di jamu ayam geprek, usahanya pak burhan + istri. Dibawah ini dokumen sinya

















Share:

Semangat Pekerja Disabilitas

LAYANAN KONSELING ACCESS BARS

LAYANAN KONSELING ACCESS BARS
Access Bars adalah teknik terapi dengan sentuhan ringan di 32 titiik di kepala yang disentuh untuk merangsang perubahan positif di otak. Ini merupakan metode meng-unlock atau membuka apa yang tersembunyi dari kapasitas diri kita dan kemungkinan kemudahan dalam kehidupan. KLIK GAMBAR DI ATAS UT INFO LANJUT =========================================

Cari Blog,pilih ; Artikel-Berita-Acara-Kegiatan-Motivasi-Kisah Sukses-Autis-Disabilitas-Terapi Bars

REKENING BANK KAMI

Silahkan Transfer Ke Rekening di Bawah Ini ;

BCA Cabang 
No. Rek. menyusul
An. YUNI

MANDIRI Cabang Jakarta
No. Rek. 167000XXX
An. YUNI

Setelah Transfer,mohon konfirmasikan melalui WA/telpon kepada Sdri. Sri Wahyuni, di nomor ; +6281241306398 atau Dwi Hartati di +6281230038676

=========================

RUANG INFORMASI



Translate

Total Tayangan Halaman